Senin, 20 Juni 2016

Dikotomi Kota Dan Desa Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan


1.1  Dikotomi Kota Dan Desa Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan,

 pada hakekatnya bersifat gradual. Kita dapat membedakan antara
       masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya
       karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri,
      dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat
      berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Kota dan
      desa tidak lagi dapat didasarkan pada pengetahuan seperti keadaan
      geografis, aktivitas ekonomi, politik atau sistem sosial dan budaya, dimana
      kota identik dengan segala hal yang berbau modernitas, sementara desa itu
      tradisional. Bisa jadi benar beberapa tahun ke belakang, namun dikotomi
      kota-desa secara sosiologis itu di abad globalisasi sekarang tidaklah
      semudah kriteria-kriteria tersebut di atas. Ada beberapa ciri yang dapat
     dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota.
     Dengan melihat perbedaan-perbedaan yang ada mudah-mudahan akan
     dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat
     dapat disebut sebagai masyarakat pedesaan atau masyarakat perkotaan.Ciri- 
     ciri tersebut antara lain :
1.      Aspek Morfologi Menurut Sapari Imam Asy’ari (1993), dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunanbangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakjar langit (tinggi) dan serba kokoh. Tetapi pada prakteknya criteria tersebut sukar dipakai pengukuran, karena banyak kita temukan di bagian-bagian kota tampak seperti desa misalnya di daerah pinggiran kota, sebaliknya terdapat juga desa-desa yang mirip dengan kota. Jika di daerah kota banyak gedung-gedung pencakar langit dan rumah penduduk yang sangat rapat, di dea lebih pada pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau masyarakat yang lebih agraris, serta bangunan rumah tinggal yang terpencar (jarang).
2.      Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Dari aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil penduduk dengan kepada yang rendah.( Sapari Imam Asy’ari (1993)). Dari aspek jumlah penduduk secara praktis dapat membedakan antara kota dan desa. Jumlah penduduk kota lebih banyak jika di bandingkan di desa. Jumlah penduduk kota semakin banyak Karena          
 pertambahan secara alami dan juga karena adanya urbanisasi penduduk desa ke kota. Sedangkan didesa semakin kekurangan pekerja lahan pertanian karena banyak dari golongan pemuda di desa yang pergi ke kota untuk berbagai tujuan, misalnya untuk sekolah ataupun bekerja. Pertambahan penduduk yang cepat di kota tentu akan mengakibatkan adanya kepadatan penduduk yang tinggi pula sedangkan luas lahan tidak bertambah.
3.      Lingkungan Hidup Lingkungan hidup di pedesaan sangat jauh berbeda dengan di perkotaan. Lingkungan kota lebih kurang sehat jika dibandingkan dengan yang ada di lingkungan desa seperti yang di ungkapkan oleh Drs. N. Daldjoeni: “Disimpulkan para peririset kesehatan kota bahwa persentasi korban dari pencemaran di kota melebihi yang ada di pedesaan. Di perkotaan persediaan banyaknya air bagi keluarga-keluarga bergantung pada tinggi rendahnya penghasilan”. Lingkungan pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas. Udaranya bersih, sinar matahari cukup, tanahnya segar diselimuti berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan berbagai satwa yang terdapat di sela-sela pepohonan, di permukaan tanah, di rongga-rongga bawah tanah ataupun berterbangan di udara bebas. Air yang menetes, merembes atau memancar dari sumber-sumbernya dan kemudian mengalir melalui anak-anak sungai mengairi petak-petak persawahan.
 
Semua ini sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang sebagian besar dilapisi beton dan aspal. Bangunan-bangunan menjulang tinggi saling berdesakdesakan dan kadang-kadang berdampingan dan berhimpitan dengan gubug-gubug liar dan pemukiman yang padat. Udara yang seringkali terasa pengap, karena tercemar asap buangan cerobong pabrik dan kendaraan bermotor. Hiruk-pikuk, lalu lalang kendaraan ataupun manusia di sela-sela kebisingan yang berasal dariberbagai sumber bunyi yang seolah-olah saling berebut keras satu sama lain. Kota sudah terlalu banyak mengalami sentuhan teknologi, sehingga penduduk kota yang merindukan alam kadang-kadang memasukkan sebagian alam ke dalam rumahnya, baik yang berupa tumbuh-tumbuhan, bahkan mungkin hanya gambarnya saja.
4.      Mata Pencaharian Perbedaan paling menonjol adalah pada mata pencaharian. Kegiatan utama penduduk desa berada di sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris. Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian, peternakan dan termasuk juga perikanan darat. Sedangkan kota merupakan pusat kegiatan sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri, di samping sektor ekonomi tertier yaitu bidang pelayanan jasa.
Kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan mentah, baik bahan kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lain bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Sedangkan kota mengolah bahan-bahan mentah yang berasal dari desa menjadi bahan-bahan asetengah jadi atau mengolahnya sehingga berwujud bahan jadi yang dapat segera dikonsumsikan. Dalam hal distribusi hasil produksi ini pun terdapat perbedaan antara desa dan kota. Di desa jumlah ataupun jenis
 barang yang tersedia di pasaran sangat terbatas.
5.      Corak Kehidupan Sosial
Corak kehidupan sosial di desa dapat dikatakan masih homogen. Sebaliknya di kota sangat heterogen, karena di sana saling bertemu berbagai suku bangsa, agama, kelompok dan masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan.
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
6.      Stratifikasi Sosial
Beranekaragamnya corak kegiatan di bidang ekonomi berakibat bahwa sistem pelapisan sosial (stratifikasi sosial) kota jauh lebih kompleks daripada di desa. Misalnya saja mereka yang memiliki keahlian khusus dan bidang kerjanya lebih banyak memerlukan pemikiran memiliki kedudukan lebih tinggi dan upah lebih besar daripada mereka yang dalam sistem kerja hanya mampu menggunakan tenaga kasarnya saja. Hal ini akan membawa akibat bahwa perbedaan antara pihak kaya dan miskin semakin menyolok.
7.      Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota, seseorang memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertical yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah, maupun horisontal yaitu perpindahan ke pekerjaan lain yang setingkat.
Namun di desa kesempatan mobilitas sosial lebih sedikit, hal ini disebabkan karena karakter sosial penduduk desa lebih homogen. Misalnya dalam pekerjaan. Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani.
8.      Pola Interaksi Sosial
Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan struktur sosial sangat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga sosial (social institutions) yang ada pada masyarakat tersebut. Karena struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ada di pedesaan sangat berbeda dengan di perkotaan, maka pola interaksi sosial pada kedua masyarakat tersebut juga tidak sama. Pada masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan
            sosial adalah motif-motif sosial.
 Dalam interaksi sosial selalu diusahakan agar kesatuan sosial (social unity) tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan sampai terjadi. Bahkan kalau terjadi konflik, diusahakan supaya konflik tersebut tidak terbuka di hadapan umum. Bila terjadi pertentangan, diusahakan untuk dirukunkan, karena memang prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan, karena masyarakat ini sangat mendambakan tercapainya keserasian (harmoni) dalam kehidupan berinteraksi lebih dipengaruhi oleh motif ekonomi daripada motif-motif sosial.
9.      Solidaritas Sosial
Dari segi sikap masyarakat desa jauh lebih dapat bersosialisasi dibandingkan dengan masyarakat dikota. Masyarakat didesa lebih berkerabat antara satu dengan yang lainnya. Karena didesa yang paling penting adalah saling membantu, saling menolong, saling menghargai dan menghormati dan saling pengertian.hal-hal itulah yang menjadikan masyarakat didesa jauh lebih dapat bersosialisasi dibandingkan dengan masyarakat dikota. Masyarakat dikota banyak yang kurang dapat bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan sekitar mereka. Hal ini dibuktikan di kota banyak perumahan yang mendirikan pagar setinggi 2 meter lebih sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui siapa yang tinggal di rumah tersebut. Masyarakat di perkotaan banyak yang lebih suka menyendiri doibandingkan berkumpul antar tetangga. Hal inilah yang membedakan masyarakat desa dan masyarakat kota dalam bersosialisasi antar masyarakat sekitar di lingkungan mereka.
10.  Kedudukan Dalam Hierarki Sistem Administrasi Nasional
Di samping motif ekonomi, maka motif-motif nasional lainnya juga banyak mempengaruhi kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional, misalnya saja politik, pendidikan, kadang-kadang juga dalam hierarki sistem administrasi nasional, maka kota memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada desa. Di negara kita misalnya, urut-urutan kedudukan tersebut adalah: ibukota negara, kota propinsi, kota kabupaten, kota kecamatan, dan seterusnya. Semakin tinggi kedudukan suatu kota dalam hierarki tersebut, kompleksitasnya semakin meningkat, dalam arti semakin banyak kegiatan yang berpusat di sana.
Kompleksitas di bidang administrasi nasional atau kenegaraan ini biasanya sejajar dengan kompleksitas di bidang kemasyarakatan lainnya, misalnya saja bidang ekonomi atau politik. Jadi ibukota Negara di samping menjadi pusat kegatan pemerintahan, biasanya sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. Belum ada angka yang pasti mengenai jumlah pengangguran penuh di Indonesia, tetapi jumlah setengah pengangguran semakin lama semakin meprihatinkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar