1.1 Dikotomi
Kota Dan Desa Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan,
pada hakekatnya
bersifat gradual. Kita dapat membedakan antara
masyarakat desa
dan masyarakat kota yang masing-masing punya
karakteristik
tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri,
dengan
fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat
berbeda, bahkan
kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Kota dan
desa tidak lagi
dapat didasarkan pada pengetahuan seperti keadaan
geografis,
aktivitas ekonomi, politik atau sistem sosial dan budaya, dimana
kota identik
dengan segala hal yang berbau modernitas, sementara desa itu
tradisional.
Bisa jadi benar beberapa tahun ke belakang, namun dikotomi
kota-desa secara
sosiologis itu di abad globalisasi sekarang tidaklah
semudah
kriteria-kriteria tersebut di atas. Ada beberapa ciri yang dapat
dipergunakan
sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota.
Dengan melihat
perbedaan-perbedaan yang ada mudah-mudahan akan
dapat mengurangi
kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat
dapat disebut
sebagai masyarakat pedesaan atau masyarakat perkotaan.Ciri-
ciri tersebut antara lain :
1.
Aspek Morfologi Menurut Sapari Imam
Asy’ari (1993), dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat
perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunanbangunan tempat tinggal
yang berjejal dan mencakjar langit (tinggi) dan serba kokoh. Tetapi pada
prakteknya criteria tersebut sukar dipakai pengukuran, karena banyak kita temukan
di bagian-bagian kota tampak seperti desa misalnya di daerah pinggiran kota,
sebaliknya terdapat juga desa-desa yang mirip dengan kota. Jika di daerah kota
banyak gedung-gedung pencakar langit dan rumah penduduk yang sangat rapat, di
dea lebih pada pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau masyarakat yang
lebih agraris, serta bangunan rumah tinggal yang terpencar (jarang).
2.
Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Dari
aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil penduduk dengan
kepada yang rendah.( Sapari Imam Asy’ari (1993)). Dari aspek jumlah penduduk
secara praktis dapat membedakan antara kota dan desa. Jumlah penduduk kota
lebih banyak jika di bandingkan di desa. Jumlah penduduk kota semakin banyak
Karena
pertambahan secara alami dan juga karena
adanya urbanisasi penduduk desa ke kota. Sedangkan didesa semakin kekurangan
pekerja lahan pertanian karena banyak dari golongan pemuda di desa yang pergi
ke kota untuk berbagai tujuan, misalnya untuk sekolah ataupun bekerja.
Pertambahan penduduk yang cepat di kota tentu akan mengakibatkan adanya
kepadatan penduduk yang tinggi pula sedangkan luas lahan tidak bertambah.
3.
Lingkungan Hidup Lingkungan hidup di
pedesaan sangat jauh berbeda dengan di perkotaan. Lingkungan kota lebih kurang
sehat jika dibandingkan dengan yang ada di lingkungan desa seperti yang di
ungkapkan oleh Drs. N. Daldjoeni: “Disimpulkan para peririset kesehatan kota
bahwa persentasi korban dari pencemaran di kota melebihi yang ada di pedesaan.
Di perkotaan persediaan banyaknya air bagi keluarga-keluarga bergantung pada
tinggi rendahnya penghasilan”. Lingkungan pedesaan terasa lebih dekat dengan
alam bebas. Udaranya bersih, sinar matahari cukup, tanahnya segar diselimuti
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan berbagai satwa yang terdapat di sela-sela
pepohonan, di permukaan tanah, di rongga-rongga bawah tanah ataupun
berterbangan di udara bebas. Air yang menetes, merembes atau memancar dari
sumber-sumbernya dan kemudian mengalir melalui anak-anak sungai mengairi
petak-petak persawahan.
Semua ini sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang
sebagian besar dilapisi beton dan aspal. Bangunan-bangunan menjulang tinggi
saling berdesakdesakan dan kadang-kadang berdampingan dan berhimpitan dengan
gubug-gubug liar dan pemukiman yang padat. Udara yang seringkali terasa pengap,
karena tercemar asap buangan cerobong pabrik dan kendaraan bermotor.
Hiruk-pikuk, lalu lalang kendaraan ataupun manusia di sela-sela kebisingan yang
berasal dariberbagai sumber bunyi yang seolah-olah saling berebut keras satu
sama lain. Kota sudah terlalu banyak mengalami sentuhan teknologi, sehingga
penduduk kota yang merindukan alam kadang-kadang memasukkan sebagian alam ke
dalam rumahnya, baik yang berupa tumbuh-tumbuhan, bahkan mungkin hanya
gambarnya saja.
4.
Mata Pencaharian Perbedaan paling
menonjol adalah pada mata pencaharian. Kegiatan utama penduduk desa berada di
sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris. Kehidupan ekonomi terutama
tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian, peternakan
dan termasuk juga perikanan darat. Sedangkan kota merupakan pusat kegiatan
sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri, di samping sektor
ekonomi tertier yaitu bidang pelayanan jasa.
Kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan
mentah, baik bahan kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lain bahan mentah
untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Sedangkan kota mengolah bahan-bahan
mentah yang berasal dari desa menjadi bahan-bahan asetengah jadi atau
mengolahnya sehingga berwujud bahan jadi yang dapat segera dikonsumsikan. Dalam
hal distribusi hasil produksi ini pun terdapat perbedaan antara desa dan kota.
Di desa jumlah ataupun jenis
barang yang tersedia
di pasaran sangat terbatas.
5.
Corak Kehidupan Sosial
Corak kehidupan sosial di desa dapat dikatakan masih
homogen. Sebaliknya di kota sangat heterogen, karena di sana saling bertemu
berbagai suku bangsa, agama, kelompok dan masing-masing memiliki kepentingan
yang berlainan.
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang
lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat
pedesaan lainnya. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang
peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari
pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata,
tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan
saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya
memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka
apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa
di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu
seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
6.
Stratifikasi Sosial
Beranekaragamnya corak kegiatan di bidang ekonomi berakibat
bahwa sistem pelapisan sosial (stratifikasi sosial) kota jauh lebih kompleks
daripada di desa. Misalnya saja mereka yang memiliki keahlian khusus dan bidang
kerjanya lebih banyak memerlukan pemikiran memiliki kedudukan lebih tinggi dan
upah lebih besar daripada mereka yang dalam sistem kerja hanya mampu
menggunakan tenaga kasarnya saja. Hal ini akan membawa akibat bahwa perbedaan
antara pihak kaya dan miskin semakin menyolok.
7.
Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa.
Di kota, seseorang memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial,
baik vertical yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah,
maupun horisontal yaitu perpindahan ke pekerjaan lain yang setingkat.
Namun di desa kesempatan mobilitas sosial lebih sedikit, hal
ini disebabkan karena karakter sosial penduduk desa lebih homogen. Misalnya
dalam pekerjaan. Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani.
8.
Pola Interaksi Sosial
Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan
oleh struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan struktur sosial
sangat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga sosial (social institutions) yang ada
pada masyarakat tersebut. Karena struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial
yang ada di pedesaan sangat berbeda dengan di perkotaan, maka pola interaksi
sosial pada kedua masyarakat tersebut juga tidak sama. Pada masyarakat
pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan
sosial
adalah motif-motif sosial.
Dalam interaksi
sosial selalu diusahakan agar kesatuan sosial (social unity) tidak terganggu,
konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan sampai
terjadi. Bahkan kalau terjadi konflik, diusahakan supaya konflik tersebut tidak
terbuka di hadapan umum. Bila terjadi pertentangan, diusahakan untuk
dirukunkan, karena memang prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan
sosial pada masyarakat pedesaan, karena masyarakat ini sangat mendambakan
tercapainya keserasian (harmoni) dalam kehidupan berinteraksi lebih dipengaruhi
oleh motif ekonomi daripada motif-motif sosial.
9.
Solidaritas Sosial
Dari segi sikap masyarakat desa jauh lebih dapat bersosialisasi
dibandingkan dengan masyarakat dikota. Masyarakat didesa lebih berkerabat
antara satu dengan yang lainnya. Karena didesa yang paling penting adalah
saling membantu, saling menolong, saling menghargai dan menghormati dan saling
pengertian.hal-hal itulah yang menjadikan masyarakat didesa jauh lebih dapat
bersosialisasi dibandingkan dengan masyarakat dikota. Masyarakat dikota banyak
yang kurang dapat bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan sekitar
mereka. Hal ini dibuktikan di kota banyak perumahan yang
mendirikan pagar setinggi 2 meter lebih sehingga banyak masyarakat yang tidak
mengetahui siapa yang tinggal di rumah tersebut. Masyarakat di perkotaan banyak
yang lebih suka menyendiri doibandingkan berkumpul antar tetangga. Hal inilah
yang membedakan masyarakat desa dan masyarakat kota dalam bersosialisasi antar
masyarakat sekitar di lingkungan mereka.
10. Kedudukan Dalam Hierarki Sistem Administrasi Nasional
Di samping motif ekonomi, maka motif-motif nasional lainnya
juga banyak mempengaruhi kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional,
misalnya saja politik, pendidikan, kadang-kadang juga dalam hierarki sistem
administrasi nasional, maka kota memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada
desa. Di negara kita misalnya, urut-urutan kedudukan tersebut adalah: ibukota
negara, kota propinsi, kota kabupaten, kota kecamatan, dan seterusnya. Semakin
tinggi kedudukan suatu kota dalam hierarki tersebut, kompleksitasnya semakin
meningkat, dalam arti semakin banyak kegiatan yang berpusat di sana.
Kompleksitas di bidang administrasi nasional atau kenegaraan
ini biasanya sejajar dengan kompleksitas di bidang kemasyarakatan lainnya,
misalnya saja bidang ekonomi atau politik. Jadi ibukota Negara di samping
menjadi pusat kegatan pemerintahan, biasanya sekaligus menjadi pusat kegiatan
ekonomi, politik dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. Belum ada angka yang
pasti mengenai jumlah pengangguran penuh di Indonesia, tetapi jumlah setengah
pengangguran semakin lama semakin meprihatinkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar